Nan Tido Manahan Hati
Kayu aro balapau nasi
Dingin - dingin disuka rami
Lah biaso galak dinan lai
Rang nan tido manahan hati
Iyo.... iyo.... manahan hati
Iyo.... rang nan tido manahan hati
Santano bapisah
Indak denai bakaciak hati
Sajak dulu denai lah tau
Mimpi - mimpi lah tingga mimpi
Ini adalah beberapa penggal bait dari lagu Zalmon, judulnya "Nan tido manahan hati", kaset ini (waktu itu berbentuk pita) merupakan salah satu kaset paling populer di minang pada zamannya. Kalau level film, platinum lah. Saingan terberat waktu itu adalah Misramolai dengan Saluang Dangdut, Eri Martha dengan Ginyang, dan Melati dengan Kutang Barendo nya.
Dalam kaset Zalmon tersebut terkumpullah lagu-lagu dalam jenis Ratok, lagu sedih, melow bahasa sekarangnya. Hebatnya lagu minang waktu itu, setiap pendengar akan berkata "ini gue banget!", karena indahnya sastra yang dimainkan, semua orang merasa lagu itu memang ditujukan untuknya. Plusnya lagi, suara om Zalmon emang tanpa tanding pulak.
Bagian yang menjadi populer pada kaset Nan Tido Manahan Hati ini adalah satu judul lagu: "Salamaik Jalan Buya", lagu yang menceritakan tentang telah berpulangnya Buya Hamka. Tokoh ulama kebanggaan Sumatera Barat.
Bagian paling mengena dalam lirik ini adalah sulitnya mencari pengganti Buya Hamka.
Tagamang kampuang jo bangso
Kahilangan umaik saagamo
Marapi jo Singgalang manangih tatahan
Danau Maninjau ditingga buyanyo
O Tuhan Kuaso janjikan sarugo, iyo … iyo …
Alam salamo nyo kikia
Nan intan yo jarang basuo
Batahun jo babilang maso
Balun tantu dapek nan sarupo
Disitu mangkonyo ranuang marusuahkan hati
Kalau saya terjemahkan dalam bentuk kalimat kira-kira begini bunyinya.
Telah tergamang kampung halaman dan bangsa
Telah kehilangan umat seagama
Gunung merapi dan gunung Singgalang telah menangis sesenggukan
Danau Maninjau telah ditinggalkan oleh Buyanya
Allah yang maha kuasa menjanjikan surga
Alam memang selamanya telah berlaku kikir
Kalau yang namanya intan, pastinya jarang bertemu
Walaupun nanti bertahun tahun setelah ini
Belum tentu akan ada pengganti Buya Hamka
Disitulah otak ini berfikir, dan hati ini menjadi rusuh
Ilustrasi: Ytimg.com
0 komentar:
Posting Komentar