Kebhinekaaan adalah Indonesia, kelemahan atau kekuatan, kita yang menentukannya

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 19 Maret 2011

Belajar dari jepang: Say yes to GAMBARU


Saya mendapatkan email yang dikirim dari mailing list teman-teman. Email ini menceritakan pengalaman menghadapi bencana yang terjadi di Jepang baru-baru ini. Sebuah pengalaman yang kontras dengan yang terjadi di indonesia. Setelah membaca email ini saya teringat dengan sebuah pesan lama yang menyatakan "Manusia yang baik itu bukanlah manusia yang tanpa masalah, tapi bagaimana manusia tersebut menghadapi masalahnya". Selamat menyimak.

Say YES to GAMBARU!

By Rouli Esther Pasaribu

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Muak abis, sumpah, karena tiap kalibimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau inisulit, tapi ayo berjuang bersama-sama) , motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi). Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru. Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja.


Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan) Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan" . Jadi image yang bisa didapat dari paduan
karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga
manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak
akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri. Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama
masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must! 


Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan. 



Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet,
rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong? Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

  1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
  2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)
  3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana 
  4. Tips-tips menghadapi bencana alam 
  5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam 
  6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana 
  7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)
  8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
  9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati
    1. *ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)
    2. *Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu,
kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini; Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup. Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa
"nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang... ..I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju. Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya. Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya
itu. Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di mall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga.

Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. (Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya,orang-orang Jepang).

Say YES to GAMBARU!



Pelajaran itu kita dapatkan dari hidup, dan didapatkan dengan banyak cara. Menurut ini sebuah pesan yang baik untuk diteruskan (baca: forward), moga-moga bisa kita petik pelajaran.

Senin, 07 Maret 2011

Anak kecil dengan biola


Suatu hari saya jalan-jalan ke pasar baru. Di lampu merah ketemu pengamen, tapi pengamen kali ini berbeda kawan.. Dia membawa sebuah biola, kelihatannya anak seumuran 1-2 SMP. Lagu yang dinyanyikan si anak dengan biolanya adalah "Indonesia tanah air beta".

Mungkin kawan-kawan sudah sering mendengar pengamen nyanyi di lampu merah. tapi menurut saya kali ini beda, dia menyanyikan sebuah lagu perjuangan dengan biolanya.

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu di puja-puja bangsa

Mudah-mudahan saya tidak salah menuliskan lirik lagunya. Selagi si anak memainkan biola, saya menyanyikannya didalam hati. Tiba-tiba saya tidak ingat lagi kapan terakhir kali saya menyanyikan lagu perjuangan.

Setidaknya sewaktu SD, SMP, SMA masih ada sesi upacara bendera setiap senen pagi. Yang salah satu sesinya adalah lagu-lagu kebangsaan. Sejak saya kuliah S1 boleh dikatakan saya tidak pernah lagi mendengar lagu-lagu perjuangan seperti itu. Paling juga kalau menghadiri perayaan 17 agustusan di lapangan.

Coba pikirkan kawan, kapan anda terakhir kali mendengar lagu kebangsaan?, saya teringat waktu masih kecil. Waktu itu satu2nya stasion televisi yang ada adalah TVRI. Saya sering mendengar lagu-lagu kebangsaan. Saya ingat waktu itu kita merasa bangga sebagai orang Indonesia. Kita waktu itu punya Unyil, Si Komo, dan lain-lain yang bisa menjaga kita bahwa kita satu bangsa.

Tidak adanya lagu-lagu kebangsaan membuat kita lupa siapa diri kita, kita selalu sibuk dengan kenyataan apa yang kita makan besok. Satu-satunya even yang saya lihat kembali memunculkan rasa kebangsaan yang mengingatkan saya pada masa kecil adalah Piala AFF kemaren.

Semangat persaingan dengan malaysia, kecintaan terhadap milik indonesia yang baru membuat kita bersatu. Laki perempuan, tua , muda, semuanya bersatu untuk irfan bachdim dan kawan-kawan. Lucunya, bahkan ada yang tidak tahu bahwa final itu dilaksanakan 2 kali, di Indonesia dan di Malaysia, tapi tetap bersemangat untuk menonton bola pertandingan. Menurut saya itu adalah bukti cinta yang tulus, bukan tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta. mereka bahkan tak kenal dengan yang namanya bola, tak tahu dengan tendangan sudut. Tapi mereka tetap cinta.

Kita tunggu hal lain yang bisa meningkatkan rasa kebanggan kita, oke?, saya mau mendengarkan kembali biola si anak, "Maaf dek, saya ndak punya uang receh, dengar aja boleh ya?"

Selasa, 01 Maret 2011

Kebaikan SBY dari sudut pandang teknologi



Salah satu teknologi terkini dari google adalah pagerank, dengan menggunakan kecerdasan buatan, si mbah bisa memberikan saran tentang pencarian yang seharusnya dilakukan. Tapi kejadian "kebaikan sby" merupakan sebuah fenomena yang menarik. Karena bisa saja saran pencarian itu memberikan hasil yang sebaliknya.

Fenomena "kebaikan sby", adalah kalau kita mengetikkan "kebaikan sby" dalam kotak pencarian google maka akan muncul saran "mungkin yang anda maksud adalah keburukan sby", dalam 2 hari ini jejaring sosial pada ribut membicarakan hal tersebut. Sebuah kesalahan mesin dianggap sebagai sebuah tahayul baru!. Google tidak kompak dengan sby, hehehehe.... itu mah namanya ngeles...

Oke, kita kembali kepada pagerank. Google dan mesin pencari lainnya menemukan bahwa banyak para pemilik website yang coba mengakali mesin pencari dengan saling memasang link. Seperti yang saya lakukan, istilahnya "tukeran link". Kamu pasang link website saya di website kamu, saya akan lakukan yang sebaliknya.


Hal ini mengakibatkan hasil pencarian menjadi tidak produktif, karena ada sebagian pemilik web yang asal memasang link, misalkan saja. Website tentang teknologi memasang link website tentang masak-memasak. Hal ini tentu saja mempengaruhi hasil pencarian di situs-situs pencarian.

Teknologi pagerank diperkenalkan google dengan menyaring setiap artikel web, dan mengambil inti sarinya. Kemudian dari beberapa artikel web yang memiliki muatan hampir sama, ditentukan artikel mana yang memiliki "derajat" paling tinggi. Artinya artikel yang menjadi rujukan utama, sehingga jika sebuah kata kunci pencarian dimasukkan dalam google, google akan bisa memberikan saran apa yang sebenarnya diinginkan oleh pengguna google.

Dasar dari pagerank adalah kecerdasan buatan (Artificial Intellegence). Seolah-olah si mbah punya pengetahuan untuk mengecek inti maksud sebuah artikel dan menyimpannya kedalam databasenya. Sehingga suatu saat dia bisa memberi sebuah saran, yang mungkin dibutuhkan oleh penggunanya.

Tidak hanya berdasarkan pagerank saja, tujuan google adalah bagaimana si pengguna menemukan jawaban secepat-cepatnya. Sehingga kata-kata kunci pun digunakan sebagai parameter yang akan disimpan untuk analisa perilaku dari pengguna. Bukan tidak mungkin orang lebih banyak mencari keburukan sby dibandingkan dengan kebaikan sby.

Dengan itu fenomena kebaikan sby ini terbentuk. Kemungkinan ada beberapa artikel web yang menjadi poros tentang keburukan sby, dan ini yang diacu oleh google, ditambah dengan kata-kata kunci yang digunakan yang memandu bahwa keburukan dan sby adalah 2 kata yang saling berhubungan. Tentu saja masing-masing huruf dalam kata "keberanian sby" memberikan peran tersendiri.

Coba gunakan kata "keramahan sby" maka akan muncul "mungkin yang anda maksud adalah kemarahan sby". Ramah dan marah hanya berbeda urutan huruf, sama seperti anda menggunakan fasilitas autocorrcet dari microsoft word ynag menjadi yang utnuk menjadi untuk.

Coba gunakan kata "kegagahan sby" maka akan muncul "mungkin yang anda maksud adalah kegagalan sby". gagah dan gagal cuma berbeda 1 huruf h dan l.

Bagaimanapun google hanyalah sebuah mesin yang mencoba mencari arti dari beberapa pasang kata yang kita ketikkan di kotak pencariannya. Keterhubungan erat 2 kata merupakan satu arti tersendiri bagi google, yang bagi kita artinya bisa lain. Tapi hal ini tidak bisa dikatakan sebagai bug, karena memang itu mengartikan "keburukan sby" pernah benar-benar dirujuk oleh berbagai website.

Tentu saja sebagai sebuah organisasi profesional, ini tidak mungkin diada-adakan. Hal ini murni mesin yang bekerja dengan algoritmanya sendiri. Kebaikan dan keburukan hanya berbeda 3 huruf ai dan uru. Bagi kita mungkin hal yang sangat signifikan, tapi menurut google tidak.

Toh lambat lain fenomena ini akan hilang sendiri, karena rata-rata judul artikel adalah" kebaikan sby" yang tentu saja saling merujuk. Dan akhirnya akan di crawl dan dimasukkan dalam databasenya google, dan diperbaiki kembali. Sebuah mesin yang canggih. Selamat menggoogle...