Munafik
Munafik
Tanda orang munafik ada tiga, saya tahu.
Herannya, dalam kehidupan sekarang, upaya dalam bertahan hidup mengarahkan kita mencapai tanda-tanda tersebut.
Faktor keuangan dan waktu yang saat ini (seolah-olah) sangat sedikit, merangsang seluruh indra untuk berfikir secara ekonomis, berbuat sesedikit mungkin untuk mencapai hasil semaksimal mungkin. Dan berlaku untuk dunia dan akhirat.
Apa pendorong utamanya?, Ketakutan, ketakutan akan risiko.
Risiko yang paling nampak tentunya risiko di dunia. Dunia bersifat hitam putih, Objektif, dengan beberapa kriteria, orang akan sepakat memberikan nilai tertentu pada parameter ukur dunia. Objektif butuh orang lain.
Risiko akhirat tidak terlalu tampak, arahnya subjektif, terukur nya yah, pada hati yang tenang dsbnya. Subjektif tidak butuh orang lain.
Dalam hemat saya, keuntungan subjektif memungkinkan upaya upaya pembenaran pembenaran yang mendukung, secara logika, atau secara yang membuat kita kuat melakukan sesuatu secara moral. Kelemahan objektif, ya itu, butuh orang lain. Orang lain sih bisa dalam bentuk: selfie, curhat, sosmed, atau komunitas.
Jika dimisalkan, beberapa parameter dunia adalah kemiskinan dan terkucil, sengaja dalam bahasa negatif. Dua parameter tersebut objektif, disetujui secara bersama.
Dan ego kita bermain disana, berupaya menjadikan parameter itu dalam nilai maksimum. Beberapa opsi adalah dengan mengabaikan risiko akhirat.
sulit untuk diobjektifkan, cara paling baik adalah menjadikan dunia subjektif, kita yang harus melogikakan bahwa kita tidak miskin dan terkucil. Bukannya melakukan pembenaran, dan menunjukkan pada dunia, bahwa kita tidak miskin dan terkucil.
Dan memenuhi ketiga kriteria munafik tersebut.